Orang Utan Minah Baik-baik Saja sebelum Hilang

Erupsi.com, LANGKAT – Pemuda asal Prancis senyum semringah ke arah seorang pemandu lokal. Rasa letih usai berjam-jam mengarungi rimbunya hutan tropis dibayar kontan dengan kemunculan sosok yang ditunggu-tunggu. Di bawah bias mentari pagi medio 2020 silam, sosok berbulu merah berdiri mengadang mereka.

Bagi si warga asing, ini adalah momen menakjubkan sekaligus perkenalannya dengan Minah, individu orang utan Sumatra (Pongo abelii) semi liar penghuni Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Tapi bagi Puryanto, nama sang guide, itu adalah pertemuan terakhirnya dengan satwa tersebut.

Sampai sekarang, Minah tak pernah terlihat lagi, baik oleh pemandu wisata maupun petugas otoritas terkait. Zipur – sapaan akrab Puryanto – tak menyangka bakal berpisah dengan satwa yang sudah puluhan tahun membantunya mengais rezeki di objek wisata Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

“Sampai sekarang belum pernah ada yang ketemu lagi dengan Minah,” ujar Zipur, Jumat (30/6/2023).

orang utan Minah
Orang utan Minah saat berada di Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. (Istimewa)

Bukit Lawang merupakan objek wisata alam yang dulu turut difungsikan sebagai Pusat Rehabilitasi Orang Utan. Tempat ini pernah menampung sejumlah individu hasil penyitaan maupun penyerahan. Setelah melalui masa rehabilitasi, mereka akan dilepaskan ke hutan dengan status semi liar. Minah diboyong ke tempat ini sekitar 1990-an.

Pengelola sempat menjadikan jadwal feeding atau pemberian makan orang utan sebagai atraksi wisata di Bukit Lawang. Namun aktivitas itu kini telah dihentikan. Secara keseluruhan, diperkirakan ada sekitar 100-200 individu orang utan yang menghuni lokasi. Sekitar 17 individu di antaranya berstatus semi liar dan mendiami habitat seluas 500 hektare persegi.

Mencari Orang Utan Minah

Desas-desus menghilangnya orang utan Minah sudah beredar sejak pandemi Coronavirus Disease 19 (Covid-19) merebak awal 2020. Saat itu, seluruh aktivitas masyarakat dibatasi secara ketat. Setiap lokasi yang berpotensi menimbulkan kerumunan wajib ditutup rapat-rapat. Termasuk objek wisata Bukit Lawang.

Setelah aktivitas jungle tracking mulai dibolehkan kembali, situasi di dalam rimba itu ternyata sudah tak sama lagi. Ia seolah-olah lebih sunyi dan terasa hampa akibat kehilangan sosok penghuni populernya. Minah, betina yang diperkirakan sudah berumur sekitar 45 tahun, menghilang begitu saja dan tidak terlihat di area biasa.

Hari berganti. Minah tak kunjung muncul hingga penghujung 2021. Ini mematahkan teori-teori serampangan yang berkembang sekaligus menebalkan tanda tanya. Beranjak dari masalah itu, kami memutuskan menggelar investigasi demi memastikan keberadaan Minah. Penelusuran dimulai pertengahan 2022 lalu.

Investigasi Minah
Tim saat menelusuri keberadaan Minah pada pertengahan Juni 2023. (Erupsi)

Selama satu tahun terakhir, setidaknya 20 orang pemandu lokal kami tanya tentang Minah. Tapi, tak satupun dari mereka yang pernah melihatnya lagi. Pada September 2022, tim menghubungi Palber Turnip, mantan Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok yang kini menjabat Kepala Bidang Wilayah III Balai Besar TNGL.

Senada dengan para guide, Palber juga mengatakan bahwa Minah belum pernah terlihat lagi sejak Covid-19 merebak. Ia menyebut beberapa kemungkinan di balik keadaan ini. Palber memperkirakan Minah pergi jauh ke dalam hutan untuk bertahan hidup karena usianya sudah nyaris mencapai 50 tahun.

“Untuk Minah, dia sudah beberapa waktu ini tidak tampak. Jadi mulai Covid-19, sudah jarang ketemu,” kata Palber.

Semasa aktivitas jungle tracking dilarang, kami melihat satu individu orang utan betina turun menuju tepi sungai sambil menggendong bayi. Ia tampak berinteraksi dengan wisatawan lokal untuk meminta makanan. Setelah diamati, tim memastikan betina tersebut bukan Minah, melainkan individu orang utan semi liar lainnya.

Minah
Individu orang utan Sumatra semi liar mendatangi pengunjung semasa aktivitas jungle tracking ditutup akibat pandemi pada 2021 silam. (Erupsi)

Kisah Tragis Orang Utan Minah

Menonjolnya Minah di antara orang utan semi liar penghuni Bukit Lawang membuat sosoknya mudah dikenali. Selain perilaku ganas atau agresif, ia juga punya tanda fisik di bagian kening. Tanda yang dimaksud merupakan bekas luka akibat hantaman parang. Minah pernah dibacok oknum guide untuk melepaskan cengkeramannya dari turis.

Selain ditebas parang, Minah juga pernah kehilangan bayi yang mati secara tragis. Serangkaian peristiwa itulah yang konon meningkatkan agresivitas serta keberingasan. Tapi di balik kesan menakutkannya, Minah tetaplah satwa endemik nan eksotis idola para pemandu wisata. Kemunculannya selalu ditunggu-tunggu.

Kehadiran Minah bagai atraksi ampuh untuk menarik para wisatawan, terkhusus turis asing. Semua guide yang kami wawancarai mengaku pernah berpapasan dengannya selama memandu tamu ke hutan. Di antara mereka bahkan pernah berkontak fisik. Tapi berkat trik khusus, Minah akhirnya melepaskan cengkeraman.

“Hampir seluruh pemandu sudah berhadapan langsung dengan Minah, bergulat, termasuk saya sendiri,” kata Anjala, seorang pemandu lokal.

Memasuki 2023, oknum dari otoritas mengirim foto ke suatu grup WhatsApp dan mengklaim satwa itu sebagai Minah. Tapi setelah diidentifikasi, ternyata ia keliru. Perbedaan fisik, khususnya pada bagian wajah dan warna bulu, membuktikan perbedaan. Selain itu, tidak terdapat bekas di bagian dahi yang menjadi ciri khusus Minah.

orang utan Sumatra
Individu orang utan yang diklaim merupakan Minah. Tapi hasil identifikasi membuktikan klaim tersebut keliru. (Istimewa)

Tuntas mengumpulkan data-data pendukung, tim memutuskan untuk mencari sendiri Minah ke dalam hutan. Dengan mempertimbangkan faktor sumber daya dan efektivitas, kami memilih sistem penyisiran yang berpatok pada home range atau wilayah jelajah. Berbekal alat Global Positioning System (GPS) dan kamera, pencarian pun dilakukan.

Minah Hilang dari Home Range

Dalam penelitian berjudul Orangutan Home Range Size and Its Determinants in Sumatran Swamp Forest (2001), Ian Singleton dan Carel P van Schaik menjelaskan estimasi wilayah jelajah orang utan (Pongo pygmaeus). Di hutan rawa Sumatra, home range mereka lebih luas daripada spesies yang sama di tempat berbeda.

Hasil penelitian itu memperkirakan home range minimum untuk orang utan betina dewasa seluas 850 hektare. Sedangkan untuk jantan sub-dewasa dan dewasa setidaknya 2.500 hektare. Selain wilayah jelajah, tim juga mempelajari hasil penelitian lain guna mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik dan perilaku orang utan semi liar.

Melalui penelitian berjudul Perilaku dan Jelajah Harian Orangutan Sumatera Rehabilitan di Kawasan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho Aceh Besar (2013), Hadi Sofyan dan sejawat mendapati daerah jelajah harian atau daily range orang utan Sumatra rehabilitan sekitar 0,7-26,2 hektare. Selain itu, penelitian ini mengungkap temuan lainnya.

Menurut peneliti, terdapat lima aktivitas utama orang utan rehabilitan. Hasil analisis menunjukkan bahwa istirahat merupakan aktivitas dengan proporsi tertinggi, persentasenya mencapai 47,32%. Kemudian, orang utan juga mempunyai kebiasaan makan dengan persentase 37,00%, lalu aktivitas bergerak 14,75%, bersosialisasi 0,52% dan bersarang 0,41 %.

Bukit Lawang
Cadas, lokasi biasa Minah ditemukan. (Erupsi)

Dari informasi yang diperoleh, diketahui bahwa Minah biasa ditemui di suatu lokasi yang dinamakan Cadas. Tempat ini terletak di koordinat 3⁰32’30”N 98⁰06’26″E. Dari sinilah titik penelusuran tim dimulai. Dengan menggunakan GPS dan aplikasi Google Earth, tim menyimpulkan perkiraan wilayah jelajah Minah seperti gambar di bawah ini.

range area Minah
Estimasi home range Minah. (Erupsi)

Proses pencarian dilakukan lebih dari sepekan. Kala itu, tim juga mengumpulkan informasi saat berpapasan dengan sejumlah guide yang sedang memandu tamu di dalam hutan. Sama seperti kami, mereka juga tidak menemukan Minah. Selama perjalanan, kami hanya menemukan lima individu orang utan semi liar lainnya.

orang utan penghuni Bukit Lawang
Satu individu orang utan semi liar penghuni Bukit Lawang yang ditemukan tim saat mencari keberadaan Minah di hutan (Erupsi)

Kondisi Terakhir Orang Utan Minah

Usai memastikan Minah tak lagi berada di range area, tim lanjut mencari bukti-bukti yang mampu memperlihatkan kondisi satwa itu sebelum menghilang. Inilah yang membawa kami bertemu dengan Zipur. Ia merupakan satu dari segelintir guide lokal yang beruntung bertemu dan mengabadikan foto Minah untuk terakhir kali.

orang utan Minah
Foto terakhir Minah yang diabadikan Zipur. (Istimewa)

Zipur melihat Minah pada pertengahan 2020 lalu saat memandu seorang volunteer asal Prancis. Menurutnya, kondisi Minah kala itu masih sehat dan baik-baik saja. Tidak terlihat keanehan sama sekali pada bagian fisik maupun perilakunya. Ia tetap agresif sekaligus lincah, baik saat berjalan maupun bergelantungan di ranting pohon.

Menurut Zipur, Minah sedang bersama anaknya yang berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berumur sekitar dua tahun. Saat itu, mereka berada di rute yang dinamakan Trail 1. Lokasi yang dimaksud relatif tak jauh dari Cadas, tempat di mana Minah biasa ditemukan para guide saat memandu tamu mereka masuk ke dalam hutan.

“Dia (Minah) sehat-sehat saja. Baik-baik saja. Makanya saya ragu juga kalau dibilang Minah mati,” ujarnya.

Setelah memeroleh foto, kami juga berhasil mendapatkan cuplikan video kondisi Minah sebelum hilang. Rekaman itu diabadikan oleh Suhendra, pemuda setempat yang juga berprofesi sebagai guide di Bukit Lawang. Dalam video, Minah terlihat asyik berayun di antara ranting pohon. Tidak ditemukan keanehan pada perilaku dan fisiknya.

cuplikan video orang utan Minah
Tangkapan layar video orang utan Minah sebelum menghilang. (Istimewa)

Kami kemudian meminta Suhendra mengantarkan tim menuju lokasi di mana ia menemukan Minah. Ternyata, lokasinya juga berada tak jauh dari Cadas. Senada dengan Zipur, Suhendra juga melihat Minah dalam kondisi sehat. Sejak saat itu, ia tidak pernah lagi melihat Minah ketika memandu tamunya ke dalam hutan.

“Sampai saat ini saya belum pernah jumpa lagi. Kalau yang terakhir itu saya lihat dia baik-baik saja,” ujar Hendra.

Leave a Comment