Teror EEHV di Balik Kematian Misterius 2 Anak Gajah

Erupsi.com, MEDAN – Pada Oktober 2022 lalu, dua ekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) ditemukan mati secara mendadak di tempat berbeda. Keduanya sama-sama berusia di bawah lima tahun.

Gajah yang pertama bernama Fitri, betina penghuni Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Dia mati pada 17 Oktober 2022 dini hari. Fitri menghembuskan nafas terakhir pada usia empat tahun.

Tidak ada tanda-tanda apapun dari Fitri jelang kematiannya. Anak dari induk gajah bernama Dini itu terlihat normal dan sehat sehari sebelum ditemukan sudah tak bernyawa.

Begitu pula dengan anak gajah bernama Taufan, jantan berumur empat tahun tujuh bulan ini tewas secara misterius pada Minggu (30/10/2022). Sehari sebelumnya, Taufan masih tampak normal dan tetap lincah. Termasuk saat mengonsumsi makanan.

Gajah Taufan
Gajah Taufan ditemukan tewas di TNWK Lampung, Minggu (30/10/2022) / Istimewa – TNWK

Sejauh ini, hasil laboratorium baik terhadap Fitri maupun Taufan belum keluar. Sehingga penyebab pasti kematian keduanya belum diketahui.

Walau begitu, Balai TNWK menduga gajah Taufan meninggal akibat terpapar virus. Namun dugaan ini belum dapat dipastikan sembari menunggu hasil uji pemeriksaan laboratorium di Balai Besar Veteriner Wates (BBVET) Bandar Lampung.

Diduga Terjangkit Virus

Virus yang diduga menjangkit adalah Herpes, Gastritis-Enteritis, Hepatitis. Berdasar nekropsi visual, diketahui terdapat sedikit perubahan pada bagian organ hati, limpa, saluran pencernaan dan lidah. Kemudian juga terlihat pelemahan di beberapa jaringan organ gajah malang tersebut.

Sementara hingga beberapa pekan berlalu, otoritas terkait di Sumatera Utara belum membeberkan hasil laboratorium untuk mengetahui penyebab kematian Fitri.

Berdasar keterangan terakhir Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, hasil nekropsi gajah Fitri belum terbit.

Menurut penjelasan Founder and Director of Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic) Muhammad Wahyu, hasil nekropsi visual terhadap gajah Taufan di TNWK mengindikasikan dugaan tertentu.

Herpes dan virus lain yang diduga menyerang gajah Taufan, menurut Wahyu, masih berada pada kelompok yang sama dengan Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV), virus mematikan bagi anak gajah.

“Bisa diduga ke sana. Tapi kalau misalnya seperti itu, sangat tergantung dari diagnosa perubahan patologi anatomi, atau bentuk organ-organ yang mempunyai ciri atau khas ke EEHV,” kata Wahyu kepada Erupsi, Selasa (1/11/2022).

Apa Itu Virus EEHV?

Terdapat tujuh tipe atau strain EEHV. Di antaranya ada yang bersifat bersifat lethal atau mematikan, namun ada pula yang tidak.

Gajah Sumatera rentan EEHV
Ilustrasi anak gajah Sumatera. Anak gajah berusia di bawah lima tahun saat ini rentan terjangkit EEHV / Erupsi – Rahmad Suryadi

EEHV adalah epidemic yang telah menjalar di seluruh penjuru dunia. Virus ini umumnya menjangkiti anak gajah yang berusia di bawah lima tahun.

Menurut catatan, virus EEHV pernah mematikan beberapa anak anak gajah Sumatera sejak 2015. Namun hingga 2017, tidak ada laporan lagi mengenai kematian anak gajah akibat virus tersebut.

Ancaman virus ini sempat membayangi anak-anak gajah yang baru lahir di Pusat Latihan Satwa Khusus Gajah Sumatera Tangkahan, Kabupaten Langkat Sumatera Utara, beberapa tahun lalu. EEHV pernah menewaskan dua ekor anak gajah di tempat tersebut pada 2013 dan 2015.

“Baru beritakan kemarin diduga yang di Way Kambas itu EEHV. Dari itu, prevalensi memang sangat rendah, masih sporadis muncul. Tetapi indikasi di Way Kambas itu juga warning bagi kita, bahwa herpes masih standby menyerang anak-anak gajah kita,” kata Wahyu.

Vaksin EEHV Belum Ditemukan

Tidak hanya menyerang Gajah Sumatera, EEHV juga menjangkiti jenis gajah lain, seperti Gajah Afrika (Loxodonta) dan Gajah Asia (Elephas maximus). Malangnya, sampai saat ini vaksin virus tersebut belum berhasil ditemukan.

“Sampai saat ini belum ada yang menemukan vaksinnya,” ujar Wahyu.

Oleh karena itu, lanjut Wahyu, upaya yang bisa ditempuh yakni penguatan sumber daya manusia di bidang medis kehewanan sembari terus mencari formula penangkal EEHV bagi gajah.

“Artinya mempelajari, pengembangan kapasitas dokter ataupun laboratorium untuk mendeteksi EEHV mutlak dibutuhkan,” katanya.

Sepanjang Oktober 2022, dua ekor anak gajah berusia di bawah lima tahun mati secara mendadak.

Gajah yang pertama bernama Fitri, penghuni suaka satwa BNWS. Dia mati pada 17 Oktober 2022. Sejauh ini, belum diketahui apa penyebab kematian Fitri.

Gajah Fitri
Tangkapan layar video gajah Fitri semasa hidup di BNWS, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara / Istimewa – Facebook Syukur Alfajar

Menurut Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Irzal Azhar, tim medis belum tuntas melakukan nekropsi terhadap jasad Fitri.

“Itu lagi nekropsi, belum ada hasilnya. Belum keluar,” kata Irzal kepada Erupsi, Kamis (20/10/2022).

Kehilangan 2 Ekor Gajah

Tak hanya gajah Fitri, BNWS juga sebelumnya telah kehilangan gajah Dargo, pejantan berusia 45 tahun. Sama seperti Fitri, belum diketahui penyebab kematian gajah tersebut.

Setelah kematian Dargo dan Fitri, kini tersisa 13 ekor gajah Sumatra di BNWS. Sedangkan untuk harimau berjumlah 6 ekor.

Direktur BNWS Henry Wijaya mengatakan bahwa operasional di sanctuary tersebut tetap berjalan normal pascakematian beruntun dua ekor gajah.

Akan tetapi, Henry tidak bisa memberikan komentar lebih banyak dan menyarankan untuk menggelar informasi ke BBKSDA Sumatera Utara.

“Kalau untuk pengelolaan gajahnya normal,” kata Henry kepada Erupsi, Kamis (20/10/2022).

Tak lama berselang, kabar duka datang dari TNWK di Lampung. Seekor anak gajah berusia empat tahun tujuh bulan ditemukan tewas mendadak.

Sejauh ini, otoritas yang bersangkutan belum mengetahui secara pasti penyebabnya. Balai TNWK masih menunggu hasil uji pemeriksaan laboratorium di BBVET Bandar Lampung.

Balai TNWK menduga Taufan tewas akibat virus. Dari hasil nekropsi, diketahui terdapat sedikit perubahan pada bagian organ hati, limpa, saluran pencernaan dan lidah.

Kemudian juga terlihat pelemahan di beberapa jaringan organ gajah malang tersebut.

“Diagnosa sementara dan differential diagnoda yaitu Herpes virus, Gastritis-Enteritis, Hepatitis,” petikan keterangan tertulis Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai TNWK Hermawan.

Taufan merupakan gajah jantan anak dari induk bernama Bunga. Taufan dilahirkan di PLG TNWK pada 4,7 tahun lalu.

Gajah Taufan memiliki gading kanan sepanjang 23 sentimeter dengan lingkar sepanjang 12 sentimeter dan berat 2 ons. Sedangkan gading kirinya sepanjang 18 sentimeter dengan lingkar 11,5 sentimeter dan berat 2,5 ons.

Gajah Sumatera masuk dalam kategori kritis atau Critically Endangered versi International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.

Leave a Comment